Berbagai penyakit maut seperti tumor ganas menggempur tubuh renta Siti Fatimah Syaneth. Pada usia yang tak lagi muda, 70 tahun, asam urat menyerangnya justru ketika ia hendak berhaji. Hampir saja ia gagal menunaikan ibadah itu. Dengan rutin minum seduhan lingzhi, ia merasakan 2 faedah sekaligus: sembuh asam urat dan tubuh bugar selama di Arab.
Daya tahan tubuh Syaneth terbilang luar biasa. Ia mengidap penyakit jantung pada 1990. Tiga tahun kemudian, tumor payudara mengganas memaksanya menjalani operasi pengangkatan payudara. Tak sampai setahun, ia mengalami retak tulang pinggang akibat terjatuh. Pulih dari sederet penyakit maut itu, kondisi tubuh Syaneth tampak fit. Sejak sang suami dipanggil Yang Maha Kuasa pada 2002, ia juga terbiasa bepergian sendiri.
Dengan riwayat penyakit berat itu, Syaneth bertahan di bawah cobaan penyakit yang hampir mematahkan mimpinya. Termasuk ketika kondisinya terpuruk akibat asam urat menjelang keberangkatan ke Mekah, Arab Saudi. Menjelang ibadah haji, Syaneth memutuskan mengunjungi kerabat di Manado, Sulawesi Utara, seorang diri. Tiga pekan setelah menghabiskan waktu bersama kakak dan adik di tanah kelahirannya itu, ia merasakan ngilu di lutut kanan. ‘Saya pikir biasa, namanya juga lansia (lanjut usia-red),’ tutur ibu 4 anak itu.
Tiba di Jakarta ia mulai menjalani manasik haji. Walau sakit dan ngilu di lutut kanan makin menggerogotinya, wanita murah senyum itu tetap memaksakan diri ikut manasik haji. Dengan muka pucat dan langkah kaki kanan terseok, Syaneth dibantu putrinya, Sherly Sudaryono, mengikuti persiapan haji itu di Yayasan Al-Hidayah, Jatikramat, Bekasi.
Bengkak Lutut kanan Syaneth mulai bengkak. Untuk berjalan saja ia harus merambat di dinding. Namun, ia mengabaikan rasa sakit itu. Suatu hari, ia menyuruh pembantunya memasak menu istimewa, ikan tongkol panggang dan sayur daun singkong kesukaannya. Menu bersantan itu pun tanpa ragu dilahapnya.
Keesokan hari, ketika bangun dari pembaringan, lutut kanannya sakit. Nenek 7 cucu itu tidak bisa menggerakkan sendi lutut yang telah membengkak. ‘Sakit sekali, disentuh nyamuk saja sudah terasa amat sakit,’ ujar Syaneth. Manasik yang dijadwalkan 8 hari pun hanya dihadirinya 4 hari pertama. Ia tak mampu lagi berdiri.
Gout yang dikenal masyarakat dengan sebutan asam urat merupakan penyakit gangguan metabolik yang disebabkan penumpukan asam urat berlebih dalam jaringan tubuh. ‘Asam urat adalah hasil akhir metabolisme purin,’ kata dr Cecilia Padang PhD, FACR, dari Klinik Pusat Rematik Indonesia. Jika produksi asam urat melebihi daya tampung dalam plasma darah, maka terjadi penimbunan dalam jaringan tubuh. Timbunan asam urat biasanya terjadi di persendian, seperti pada pergelangan tangan, tumit, siku, dan lutut. Persendian yang terserang akan terlihat bengkak, terasa panas, nyeri, meradang, dan sulit digerakkan. Gejala asam urat umumnya timbul mendadak. Umumnya menyerang pada malam hari saat cuaca dingin.
‘Makanan tinggi purin bisa menjadi faktor pencetus asam urat,’ kata dokter di Rumahsakit Pluit, Jakarta Utara. Risiko terkena asam urat dalam tubuh meningkat seiring peningkatan asupan makanan tinggi purin. Sayuran yang disinyalir berpotensi memicu asam urat bila dikonsumsi berlebih yaitu daun singkong, bayam, kangkung, kacang polong, asparagus, kacang buncis, dan kembang kol. Termasuk ikan tongkol yang dikonsumsi Syaneth, juga mengandung purin. Oleh karena itu, penderita asam urat disarankan mengurangi asupan makanan mengandung purin berlebih.
Pikiran Syaneth menerawang, ibadah haji tinggal 4 bulan lagi. Buku kesehatan yang menjadi pegangan calon jemaah haji mungkin gagal diperolehnya. Jika saat pemeriksaan kesehatan kedua kondisi kesehatannya tidak membaik, Syaneth hanya bisa pasrah impiannya tercabut. Namun, ia tak berhenti berharap. Sherly kemudian menyarankan untuk berobat ke herbalis.
Hartono Chong, herbalis di Jakarta Barat, memberikan resep seduhan 2 sendok kecil bubuk lingzhi. Serbuk Ganoderma lucidium itu diseduh dengan segelas air panas. Syaneth meminumnya setiap hari. Herbalis yang praktek di Klinik Herbal Prima Usada, Jakarta Barat, itu juga memberikan tambahan kapsul ekstrak sayuran dan rumput laut untuk dikonsumsi 3 kali sehari guna mengontrol nafsu makan berlebih.
Upaya itu dibarengi dengan konsumsi segelas air kelapa tua untuk mendinginkan derita tukak lambung Syaneth. Keluhan mual dan muntah yang selalu datang bila mengkonsumsi obat tidak muncul sama sekali. ‘Saya merasa cocok dengan herbal itu,’ kata Syaneth. Hartono menyarankan agar Syaneth menjaga pola makan. ‘Jangan makan satu jenis makanan secara berlebih, meskipun itu sayuran yang menyehatkan, makanlah secara berimbang,’ kata herbalis yang sudah 4 tahun berkutat dengan lingzhi.
Sepekan setelah mengkonsumsi herbal, kondisi tubuh Syaneth membaik. Rasa sakit lenyap. Sendinya bisa digerakkan kembali, bengkak hilang. Ia bisa berjalan kembali. Dua bulan mengkonsumsi herbal tubuhnya terlihat lebih bugar. Rekan-rekan sesama calon jemaah haji pun heran melihat kondisinya yang cepat membaik. ‘Kelihatan lebih segar, tidak seperti pertama manasik dulu,’ ujar Syaneth menirukan ucapan rekannya.
Saat pemeriksaan kesehatan kedua, 9 November 2006, ia dinyatakan lolos. Buku kesehatan berwarna hijau itu pun diterimanya. ‘Alhamdulillah, padahal saya terancam tidak diizinkan bila kesehatan tidak membaik,’ kata Syaneth. Tanggal 29 November 2006 ia berangkat bersama rombongan kloter pertama dari Bekasi.
Asam ganoderik Keampuhan lingzhi mengatasi asam urat dibuktikan John Tindal, dari Yuan Clinic, London, Inggris. Riset melibatkan 3 penderita asam urat berusia 35 tahun yang merasakan nyeri dan pembengkakan di persendian. Dosis 3 gram lingzhi dalam bentuk tablet setiap hari dikonsumsi 30 menit sebelum makan selama 4 pekan. Selanjutnya diberikan dosis 2 gram/hari selama 6 pekan, kemudian 1 gram/hari selama 6 bulan.
Sebulan pertama setelah konsumsi, rasa sakit berkurang, stamina meningkat, dan pasien dapat berjalan kembali. Pada akhir periode 6 bulan, gejala asam urat hilang sama sekali. Aktivitas antipembengkakan lingzhi disinyalir dari sejenis asam ganoderik.
Pantas pula Syaneth mengaku tidak merasakan keluhan berarti selama menjalankan ibadah haji. Jamur yang dikenal dengan sebutan reishi di Jepang itu mengandung germanium organik. Mineral itu berefek melancarkan peredaran darah, menghilangkan rasa lelah, meningkatkan energi, memperkuat kekebalan tubuh, dan menghilangkan racun.
Jamur yang sejak 4.000 tahun lalu digunakan sebagai herbal itu terus dikonsumsi Syaneth selama menjalankan ibadah haji. Selama itu pula tidak ada halangan penyakit berarti. Ucapan syukur berulang kali terlontar dari mulut Syaneth. Tanggal 7 Januari 2007, ia kembali dengan selamat ke tanahair. Terkabul sudah mimpinya berhaji. (Kiki Rizkika)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar